Ilustrasi Gambar yang dibuat menggunakan AI

Morowali, 24 Juni 2025 – Di tengah geliat industri tambang nikel yang kian masif di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, sektor pendidikan di wilayah lingkar tambang menghadapi dinamika kompleks. Di satu sisi, hadirnya perusahaan besar membawa harapan akan peningkatan akses dan kualitas pendidikan. Namun di sisi lain, tantangan psikologis dan sosial turut membayangi anak-anak dan remaja di kawasan ini.

📌 Apa yang Terjadi?

Sejak 2023, berbagai perusahaan tambang seperti PT IMIP, PT Vale Indonesia, dan BTIIG gencar mendorong program-program pendidikan. Bentuknya beragam: mulai dari beasiswa S1 penuh ke Universitas Hasanuddin, pelatihan vokasi di Politeknik Industri Logam Morowali (PILM), hingga program pendidikan kesetaraan bagi warga usia produktif yang putus sekolah.

Program-program ini tidak hanya membekali siswa dengan keterampilan teknis, tetapi juga membuka wawasan mereka terhadap dunia kerja industri.

🧠 Perspektif Psikologi Pendidikan

Namun, dari sudut pandang psikologi pendidikan, terdapat tantangan serius yang perlu ditangani bersama:

  • Motivasi belajar anak menurun, karena iming-iming bekerja cepat di tambang.
  • Orangtua cenderung pragmatis, memprioritaskan pekerjaan daripada pendidikan tinggi.
  • Minimnya guru dan fasilitas di wilayah terpencil menurunkan kenyamanan belajar.
  • Dampak lingkungan tambang, seperti banjir dan polusi, menimbulkan stres dan trauma tersendiri bagi siswa.

Menurut psikolog pendidikan Fitria Lestari, anak-anak usia sekolah di kawasan tambang membutuhkan “lingkungan belajar yang aman, inspiratif, dan melibatkan keluarga serta komunitas.” Hal ini penting agar mereka tetap tumbuh secara utuh—bukan hanya sebagai calon pekerja, tapi sebagai manusia berdaya dan berbudaya.

📍 Di Mana Saja Terjadi?

Program pendidikan ini tersebar di sejumlah wilayah seperti Kecamatan Bahodopi, Bungku Timur, dan Bungku Pesisir. Namun akses terbaik masih banyak dinikmati desa-desa di ring 1 kawasan industri. Di luar itu, masih ditemukan desa-desa yang kekurangan ruang kelas, guru, bahkan akses internet.


🎓 Siapa Saja yang Terlibat?

  • Perusahaan tambang sebagai penyedia dana dan inisiator CSR.
  • Pemkab Morowali sebagai regulator dan fasilitator kerja sama.
  • Lembaga pendidikan, termasuk Unhas dan PILM sebagai mitra pelaksana.
  • Masyarakat lokal, baik sebagai penerima manfaat maupun mitra partisipatif.

🔍 Mengapa Ini Penting?

Pendidikan adalah pondasi keberlanjutan industri. Tanpa SDM lokal yang terdidik, ketergantungan pada tenaga kerja dari luar akan terus tinggi. Lebih jauh lagi, pendidikan berkualitas dapat mencegah terjadinya konflik sosial, kerusakan moral, dan kemunduran budaya di tengah ekspansi industri.

💡 Bagaimana Jalan Keluarnya?

  1. Beberapa solusi yang mulai dijalankan antara lain:
  2. Program beasiswa berbasis prestasi & afirmatif desa terpencil.
  3. Magang industri untuk siswa SMK dengan dukungan mentor profesional.
  4. Pelibatan orang tua dalam kelas parenting pendidikan.
  5. Layanan konseling psikologis untuk guru dan siswa.
  6. Literasi digital bagi siswa dan guru di daerah blank spot.

📝 Penutup

Pendidikan di Morowali hari ini adalah cermin masa depan industri Indonesia. Jika dikelola dengan adil, inklusif, dan memperhatikan aspek psikologis, maka daerah tambang bukan hanya penghasil nikel—tetapi juga pusat tumbuhnya generasi cerdas, tangguh, dan bermartabat.

Penulis: Andri L

Editor: Tim Ruang Literasi Islami

Sumber data: Kompas, JPNN, Floresa, Kemenperin, dan wawancara warga lokal.