Morowali, 24 Juni 2025 — Pasar keuangan Asia mengalami lonjakan modal masuk asing terbesar dalam hampir satu dekade. Namun, kabar baik ini dibayangi kekhawatiran global akibat ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang dapat mengganggu jalur utama pengiriman minyak dunia.
🏦 Modal Asing Masuk ke Asia Capai Rekor
Pada Mei 2025, para investor global menggelontorkan dana sebesar USD 15,29 miliar ke pasar obligasi Asia — tertinggi sejak 2016. Korea Selatan menerima porsi terbesar dengan USD 8,2 miliar, disusul Malaysia (USD 3,15 miliar), India (USD 2,29 miliar), dan Indonesia sebesar USD 1,7 miliar.
Lonjakan ini dipicu oleh:
Pelemahan dolar AS, menyusul kekhawatiran atas kondisi fiskal dan pemangkasan peringkat utang AS oleh Moody’s.
Harapan bahwa suku bunga acuan di berbagai negara Asia akan menurun seiring dengan melandainya inflasi.
Di Indonesia, masuknya dana asing turut memperkuat nilai tukar rupiah dan menambah kepercayaan terhadap stabilitas pasar keuangan nasional. Hal ini juga memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk mempertimbangkan pelonggaran suku bunga, meski tetap berhati-hati menghadapi risiko global.
⛽ Ketegangan di Selat Hormuz: Harga Minyak Bisa Meledak
Di sisi lain, ancaman krisis energi global kembali mencuat. Setelah serangan udara AS dan Israel ke fasilitas nuklir Iran pada awal Juni, Parlemen Iran resmi mengeluarkan suara dukungan untuk menutup Selat Hormuz — jalur laut vital tempat mengalirnya sekitar 20% perdagangan minyak global.
Langkah ini memicu reaksi cepat di pasar energi:
Harga minyak Brent melonjak hampir 10% dalam sebulan, mendekati level USD 78 per barel.
Lalu lintas kapal tanker terganggu: beberapa melakukan putar balik, zig-zag, atau berhenti total karena takut konfrontasi bersenjata.
Tarif sewa kapal tanker besar (VLCC) melonjak di atas USD 60.000 per hari.
Meskipun keputusan penutupan selat masih harus disetujui Dewan Keamanan Nasional Iran, ancaman ini sudah cukup untuk mengguncang pasar dan menambah “premi risiko geopolitik” di harga minyak dunia.
🌏 Dampak bagi Indonesia dan Dunia
Kombinasi antara modal asing yang masuk dan potensi krisis energi menempatkan banyak negara, termasuk Indonesia, dalam posisi dilematis:
Kabar baik: Dana asing memperkuat stabilitas pasar, memperkuat rupiah, dan membuka ruang pelonggaran moneter.
Kabar buruk: Lonjakan harga minyak bisa memicu kenaikan harga BBM, menekan APBN, dan mendorong inflasi dalam negeri.
Bank Indonesia dan pemerintah perlu berhati-hati dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kestabilan harga, sembari memantau ketegangan geopolitik yang bisa berkembang setiap saat.
📝 Sumber Referensi:
- Reuters: Tankers U-turn, zig-zag, pause around Strait of Hormuz
- The Guardian: Iran votes to close Strait of Hormuz
- Reuters: Asian bonds draw biggest foreign inflows in nearly a decade

0Komentar